Blog

Kemenperin Cetak SDM Kompeten Industri Keramik Dan Refraktori

Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Industri (BPSDMI) Kemenperin, Arus Gunawan. (Foto: ist)

Kementerian Perindustrian terus meningkatkan daya saing industri keramik dan refraktori. Salah satunya dengan penyediaan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten.

Langkah nyata yang diwujudkan adalah meluncurkan Program Setara Diploma I (D1) Keramik dan Refraktori, yang akan dilaksanakan di Politeknik STMI Jakarta.

“Melalui program ini, kami berharap bisa memasok kebutuhan industri keramik dan refraktori terhadap SDM yang terampil. Tentunya sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini,” tutur Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Industri (BPSDMI) Kemenperin, Arus Gunawan pada acara penandatanganan MoU Program D1 Keramik dan D1 Refraktori, Selasa (3/8).

Arus menjelaskan, kedua program tersebut merupakan hasil kerja sama antara BPSDMI Kemenperin dengan Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin yang didukung oleh Asosiasi Refraktori dan Isolasi Indonesia (ASRINDO), Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (ASAKI), Balai Besar Keramik (BBK), serta Direktorat Industri Semen, Keramik, dan Pengolahan Bahan Galian Non-Logam.

“Program ini merupakan wujud konkret dari komitmen Kemenperin dalam mengatasi tantangan SDM industri saat ini, antara lain besarnya jumlah pengangguran terbuka, tingkat pendidikan angkatan kerja yang masih rendah, dan peningkatan produktivitas tenaga kerja,” paparnya.

Arus menambahkan, kedua program tersebut diselenggarakan selama satu tahun oleh Politeknik STMI Jakarta yang berkolaborasi dengan Balai Besar Keramik (BBK). “Masing-masing program hanya membuka satu kelas untuk 30 mahasiswa pada setiap kelasnya dan akan dikembangkan menjadi dua kelas untuk masing-masing program pada tahun 2022 mendatang,” imbuhnya.

Tidak hanya itu, Politeknik STMI Jakarta juga melibatkan banyak perusahaan industri dalam penyelenggaraan kedua Program Setara D1 ini sehingga mahasiswa yang lulus nantinya dapat langsung diserap bekerja di perusahaan-perusahaan industri tersebut.

Beberapa perusahaan yang terlibat dalam kerja sama kedua program ini, antara lain PT. Refratech Mandala Perkasa, PT. Benteng Api Technik, dan PT. Refractorindo Graha Dinamika serta 21 perusahaan keramik yang terhimpun dalam ASAKI.

Kepala Pusat Pengembangan Pendidikan Vokasi Industri, Iken Retnowulan menjelaskan, tujuan kegiatan penyelenggaraan pendidikan Setara D1 Kerja sama Industri ini adalah untuk membekali calon tenaga kerja dengan keahlian terapan atau keterampilan teknis. “Lulusan program pendidikan Setara D1 ini nantinya langsung ditempatkan bekerja dalam rangka meningkatkan daya saing industri,” ujar Iken.

Dirjen IKFT Muhammad Khayam menjelaskan, industri refraktori dinilai sebagai salah satu sektor strategis karena produksinya untuk menopang kebutuhan berbagai manufaktur lainnya. “Hasil dari industri refraktori ini umumnya digunakan sebagai pelapis untuk tungku, kiln, insinerator, dan reaktor tahan api pada industri semen, keramik, kaca dan pengecoran logam,” tuturnya.

Khayam optimistis, apabila industri refraktori ini tumbuh berkembang dan memiliki performa gemilang, akan mendukung kinerja sektor industri pengolahan nonmigas, khususnya kelompok industri bahan galian nonlogam.

“Pada triwulan I-2021, kontribusi industri bahan galian nonlogam terhadap industri pengolahan sebesar 2,57 persen dan perkembangan nilai investasi industri bahan galian nonlogam mencapai Rp 5,46 triliun,” sebutnya.

Sementara itu, industri keramik Indonesia saat ini menduduki peringkat kedelapan dunia dengan kapasitas produksi terpasang sebesar 538 juta m2 per tahun dan telah menyerap tenaga kerja sebanyak 150 ribu orang. Meningkatnya pembangunan di sektor infrastruktur dan properti, seperti  real estate, perumahan, apartmen, dan bangunan lainnya, membuat permintaan pasar dalam negeri semakin bertambah.

“Dalam jangka panjang, industri keramik nasional akan sangat prospektif, mengingat konsumsi keramik nasional per kapita masih sekitar 1,4 m2, yang perlu dioptimalkan lagi karena konsumsi ideal dunia telah mencapai lebih dari 3 m2,” sebutnya.

Ketua Umum ASRINDO, Basuki menyampaikan, terdapat 30 perusahaan yang sudah tergabung dalam ASRINDO. “Kami mengapresiasi inisiasi Kemenperin dalam membangun iklim usaha yang kondusif melalui penyediaan SDM kompeten untuk meningkatkan daya saing industri refraktori,” ujarnya.

Ketua Umum ASAKI, Edy Suyanto mengungkapkan, lima negara tujuan ekspor utama untuk produk keramik nasional, yaitu ke Filipina, Malaysia, Taiwan, Thailand dan Amerika Serikat. “Lonjakan ekspor terjadi dengan tujuan negara Amerika Serikat mencapai 130 persen, Filpina sekitar 60 persen dan Taiwan 40 persen,” sebut Edy. Peningkatan ekspor di luar lima negara tujuan utama tersebut, juga terjadi di Australia dengan mencapai 50 persen.

Kemenperin Siap Cetak SDM Kompeten Industri Keramik dan Refraktori

Kemenperin Siap Cetak SDM Kompeten Industri Keramik dan Refraktori

JAKARTA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berupaya untuk meningkatkan daya saing industri keramik dan refraktori melalui penyediaan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten. Langkah nyata yang diwujudkan adalah meluncurkan Program Setara Diploma I (D1) Keramik dan Refraktori, yang akan dilaksanakan di Politeknik STMI Jakarta.

“Melalui program ini, kami berharap bisa memasok kebutuhan industri keramik dan refraktori terhadap SDM yang terampil. Tentunya sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini,” tutur Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Industri (BPSDMI) Kemenperin, Arus Gunawan pada acara penandatanganan MoU Program D1 Keramik dan D1 Refraktori, Selasa (3/8/2021).

Arus menjelaskan, kedua program tersebut merupakan hasil kerja sama antara BPSDMI Kemenperin dengan Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin yang didukung oleh Asosiasi Refraktori dan Isolasi Indonesia (ASRINDO), Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (ASAKI), Balai Besar Keramik (BBK), serta Direktorat Industri Semen, Keramik, dan Pengolahan Bahan Galian Non-Logam.

“Program ini merupakan wujud konkret dari komitmen Kemenperin dalam mengatasi tantangan SDM industri saat ini, antara lain besarnya jumlah pengangguran terbuka, tingkat pendidikan angkatan kerja yang masih rendah, dan peningkatan produktivitas tenaga kerja,” paparnya.

Arus menambahkan, kedua program tersebut diselenggarakan selama satu tahun oleh Politeknik STMI Jakarta yang berkolaborasi dengan Balai Besar Keramik (BBK). “Masing-masing program hanya membuka satu kelas untuk 30 mahasiswa pada setiap kelasnya dan akan dikembangkan menjadi dua kelas untuk masing-masing program pada tahun 2022 mendatang,” imbuhnya.

Tidak hanya itu, Politeknik STMI Jakarta juga melibatkan banyak perusahaan industri dalam penyelenggaraan kedua Program Setara D1 ini sehingga mahasiswa yang lulus nantinya dapat langsung diserap bekerja di perusahaan-perusahaan industri tersebut.

Beberapa perusahaan yang terlibat dalam kerja sama kedua program ini, antara lain PT. Refratech Mandala Perkasa, PT. Benteng Api Technik, dan PT. Refractorindo Graha Dinamika serta 21 perusahaan keramik yang terhimpun dalam ASAKI.

Kepala Pusat Pengembangan Pendidikan Vokasi Industri Iken Retnowulan menjelaskan bahwa tujuan kegiatan penyelenggaraan pendidikan Setara D1 Kerja sama Industri ini adalah untuk membekali calon tenaga kerja dengan keahlian terapan atau keterampilan teknis. “Lulusan program pendidikan Setara D1 ini nantinya langsung ditempatkan bekerja dalam rangka meningkatkan daya saing industri,” ujar Iken.

Dirjen IKFT Muhammad Khayam menjelaskan, industri refraktori dinilai sebagai salah satu sektor strategis karena produksinya untuk menopang kebutuhan berbagai manufaktur lainnya. “Hasil dari industri refraktori ini umumnya digunakan sebagai pelapis untuk tungku, kiln, insinerator, dan reaktor tahan api pada industri semen, keramik, kaca dan pengecoran logam,” tuturnya.

Khayam optimistis, apabila industri refraktori ini tumbuh berkembang dan memiliki performa gemilang, akan mendukung kinerja sektor industri pengolahan nonmigas, khususnya kelompok industri bahan galian nonlogam.

“Pada triwulan I tahun 2021, kontribusi industri bahan galian nonlogam terhadap industri pengolahan sebesar 2,57 persen dan perkembangan nilai investasi industri bahan galian nonlogam mencapai Rp5,46 triliun,” sebutnya.

Sementara itu, Dirjen IKFT mengemukakan, industri keramik Indonesia saat ini menduduki peringkat kedelapan dunia dengan kapasitas produksi terpasang sebesar 538 juta m2 per tahun dan telah menyerap tenaga kerja sebanyak 150 ribu orang. Meningkatnya pembangunan di sektor infrastruktur dan properti, seperti real estate, perumahan, apartmen, dan bangunan lainnya, membuat permintaan pasar dalam negeri semakin bertambah.

“Dalam jangka panjang, industri keramik nasional akan sangat prospektif, mengingat konsumsi keramik nasional per kapita masih sekitar 1,4 m2, yang perlu dioptimalkan lagi karena konsumsi ideal dunia telah mencapai lebih dari 3 m2,” sebutnya.

Ketua Umum ASRINDO Basuki menyampaikan, terdapat 30 perusahaan yang sudah tergabung dalam ASRINDO. “Kami mengapresiasi inisiasi Kemenperin dalam membangun iklim usaha yang kondusif melalui penyediaan SDM kompeten untuk meningkatkan daya saing industri refraktori,” ujarnya.

Ketua Umum ASAKI Edy Suyanto mengungkapkan, lima negara tujuan ekspor utama untuk produk keramik nasional, yaitu ke Filipina, Malaysia, Taiwan, Thailand dan Amerika Serikat. “Lonjakan ekspor terjadi dengan tujuan negara Amerika Serikat mencapai 130%, Filpina sekitar 60% dan Taiwan 40%,” sebut Edy. Peningkatan ekspor di luar lima negara tujuan utama tersebut, juga terjadi di Australia dengan mencapai 50%.

Sumber source :

https://www.sinarharapan.co/ekonomi/read/44839/kemenperin_siap_cetak_sdm_kompeten_industri_keramik_dan_refraktori___

Siaran Pers FOCUS GROUP DICUSSION (FGD) Rantai Pasok Industri Refraktori Nasional

WhatsApp Image 2021-06-17 at 2.07.55 PM

Kementerian Perindustrian telah mengadakan focus group discussion dalam rangka mewujudkan peningkatan suplai bahan baku lokal pada industri pengolahan bahan galian non logam khususnya industri refraktori nasional, serta untuk mendukung kebijakan substitusi impor 35% pada tahun 2022.

“Mengingat importasi refraktori jenis asam, saat ini mencapai US $ 27.484.173 dan US $ 24.223.430 untuk jenis semen refraktori berbahan dasar bauksit (alumina), belum termasuk bahan bahan baku jenis magnesia, zirkonia, chrome dan lainnya”, kata Direktur Industri Semen, Keramik dan Pengolahan Bahan Galian Non Logam Kemenperin, Adie Rochmanto Pandiangan di Bandung, Jumat (11/06).

Adie menjelaskan, saat ini telah dilaksanakan FGD rantai pasok industri refraktori nasional dengan tujuan mempertemukan sekaligus memperoleh solusi antara produsen bahan baku lokal dan produsen refraktori nasional. Dalam acara FGD ini dibicarakan terkait spesifikasi bahan baku dan jumlah kebutuhannya dalam satu tahun, kemudian disampaikan juga spesifikasi bahan baku refraktori yang telah mampu diproduksi oleh produsen bahan baku lokal. Disamping itu FGD ini juga dilaksanakan penandatangan Memorandum of Understanding (MoU) antara Asrindo (Asosiasi Refraktori dan Isolasi Indonesia) yang mewakili para produsen refraktori nasional dan PT Indonesia Chemical Alumina selaku produsen bahan baku alumina.

Focus group discussion ini diselenggarkan olehDirektorat Industri Semen, KeramikdanPengelohanBahan Galian Non Logam, Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil, Kementerian Perindustrian,yang dihadiri oleh berbagai stakeholder industri keramik semen dan pengolahan bahan galian non logam dan beberapa asosiasi diantaranya; Asosiasi Refraktori dan lsolasi Indonesia (ASRINDO), Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Asosiasi Aneka lndustri Keramik Indonesia (ASAKI), Asosiasi lndustri Pengecoran Logam Indonesia (APLINDO), Asosiasi Perusahaan Pengolahan dan Pemurnian Indonesia (AP31), Anggota Asosiasi Produsen Listrik Swasta Indonesia (APLSI), Asosiasi Produsen Gelas/Kaca Indonesia (APGI), Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP).

Lebih lanjut, FGD ini dilaksanakan secara daring maupun luring dan didukung sepenuhnya oleh para pelaku usaha refraktori, di antaranya PT Refratech Mandalaperkasa (RMP) yang merupakan perusahaan lokal yang bergerak dalam bidang manufaktur semen tahan api dan juga layanan jasa rekayasa serta aplikasi konstruki refraktori termasuk pracetak, yang berdiri sejak tahun 1992 di Citeureup, Bogor. Selain itu juga turut hadir langsung, PT. Benteng Api Technic atau BAT Refractories, yang merupakan produsen batu bata tahan api, semen tahan api dan material refraktori dengan produk utamanya meliputi fire clay bricks, high alumina brick, refractory mortar, castable refractory, gunning castable dan lain-lain. Perusahaan ini berdiri sejak tahun 1997 di Surabaya.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Refraktori dan Isolasi Indonesia (ASRINDO), Basuki mengatakan, “produk jadi refraktori dibuat dari bahan baku dasar alumina dengan komposisi 95% impor dan hanya 5% saja menggunakan produk lokal, sedangkan produk refraktori bermerk global saat ini diimpor lebih dari 50% atau senilai kurang lebih Rp. 2,2 triliun.” paparnya. “Kemudian dengan adanya nota kesepahaman sebagai komitmen bersama pemasok bahan baku lokal diharapkan dapat menekan impor bahan baku refraktori dan mensukseskan program substitusi impor pemerintah,” imbuhnya.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin, Muhammad Khayam menyampaikan, salah satu subsektor industri bahan galian nonlogam yang sedang dipacu tumbuh, yakni industri refraktori. Hasil produknya digunakan sebagai pelapis untuk tungku, kiln, insinerator, dan reaktor tahan api pada industri semen, keramik, kaca dan pengecoran logam.

Saat ini, kebutuhan nasional terhadap produk refraktori mencapai 200.000-250.000 ton per tahun. Sementara itu, industri dalam negeri memasok kebutuhan tersebut sebesar 88.000 ton per tahun. “Industri refraktori merupakan industri padat modal yang membutuhkan bahan baku dari sumberdaya alam,” ungkap Khayam.

Demikian Siaran Pers ini untuk disebarluaskan.

 

Jakarta, 11 Juni 2020

BIRO HUBUNGAN MASYARAKAT

 

Siaran Pers Lindungi Industri Dalam Negeri, Kemenperin Rancang SNI Wajib Produk Refraktori

Siaran Pers
mentrian

Siaran Pers

Lindungi Industri Dalam Negeri, Kemenperin Rancang SNI Wajib Produk Refraktori

Kementerian Perindustrian tengah menyusun aturan Standar Nasional Indonesia (SNI) wajib bagi produk refraktori yang diharapkan dapat diimplementasikan pada tahun 2021. Hal ini guna menjaga daya saing industri dalam negeri dan keamanan konsumen domestik.

“Mengingat produk-produk refraktori digunakan di area-area kritis di industri-industri proses vital nasional yang menyangkut keselamatan alat produksi, keselamatan manusia dan lingkungan sehingga layak menjadi SNI wajib,” kata Direktur Industri Semen, Keramik dan Pengolahan Bahan Galian Non Logam Kemenperin, Adie Rochmanto Pandiangan di Jakarta, Rabu (16/12).

Adie menjelaskan, saat ini masih dilaksanakan rapat konsensus pembahasan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) untuk produk refraktori raming mix jenis samot dan jenis kadar alumina tinggi yang merupakan revisi SNI-15-06000-1989. Sedangkan, refraktori bahan tahan api kastabel jenis alumina dan alumina silika sebagai revisi SNI-15-0809-2001 telah selesai dibahas dalam rapat konsensus sebelumnya.

“Rapat konsensus produk refraktori ini dilaksanakan oleh Komite Teknis 81-04 melalui Surat Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor 323 Tahun 2020,” ungkapnya. Rapat tersebut melibatkan berbagai pemangku kepentingan, antara lain pemerintah, para pakar dari Balai Besar Keramik Kemenperin dan perguruan tinggi, konsumen pengguna refraktori, serta pelaku usaha atau produsen refraktori.

Lebih lanjut, rapat konsensus ini dilaksanakan secara daring maupun luring dan didukung sepenuhnya oleh para pelaku usaha refraktori, di antaranya PT Refratech Mandalaperkasa (RMP) yang merupakan perusahaan lokal yang bergerak dalam bidang manufaktur semen tahan api dan juga layanan jasa rekayasa serta aplikasi konstruki refraktori termasuk pracetak, yang berdiri sejak tahun 1992 di Citeureup, Bogor.

Selain itu, PT. Benteng Api Technic atau BAT Refractories, yang merupakan produsen batu bata tahan api, semen tahan api dan material refraktori dengan produk utamanya meliputi fire clay bricks, high alumina brick, refractory mortar, castable refractory, gunning castable dan lain-lain. Perusahaan ini berdiri sejak tahun 1997di Surabaya.

“Berikutnya, juga ada PT Benteng Api Refractorindo, PT Jaya Refractorindo Utama, PT Refractorindo Graha Dinamika, PT Dinamika Rekayasa Panas, dan PT Indonesia Chemical Alumina,” sebut Adie.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Industri Refraktori dan Isolasi Indonesia (ASRINDO) Basuki mengatakan, SNI sebagai instrumen nontarif atau non-tariff measures diharapkan dapat memberikan perlindungan dan pengamanan terhadap investasi dan juga pelaku usaha refraktori dalam negeri. “Negara-negara di dunia banyak yang telah memanfaatkan standar, regulasi teknis dan prosedur penilaian kesesuaian sebagai alat mengamankan industri dalam negeri dari serangan produk-produk impor,” paparnya.

Kemudian, menurut Basuki, penerapan SNI juga akan membantu dalam penyelarasan spesifikasi teknis produk dan jasa sehingga industri lebih efisien dan mampu meningkatkan daya saingnya. “Kesesuaian dengan standar membantu meyakinkan konsumen bahwa produk tersebut aman, efisien dan baik untuk lingkungan,” imbuhnya

Sebelumnya, Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin, Muhammad Khayam menyampaikan, salah satu subsektor industri bahan galian nonlogam yang sedang dipacu tumbuh, yakni industri refraktori. Hasil produknya digunakan sebagai pelapis untuk tungku, kiln, insinerator, dan reaktor tahan api pada industri semen, keramik, kaca dan pengecoran logam.

Saat ini, kebutuhan nasional terhadap produk refraktori mencapai 150.000-200.000 ton per tahun. Sementara itu, industri dalam negeri memasok kebutuhan tersebut sebesar 50.000 ton per tahun. “Industri refraktori merupakan industri padat modal yang membutuhkan bahan baku dari sumberdaya alam,” ungkap Khayam.

Demikian Siaran Pers ini untuk disebarluaskan.

 

Jakarta, 16 Desember 2020

BIRO HUBUNGAN MASYARAKAT

STANDAR UNTUK REFRAKTORI

STANDAR UNTUK REFRAKTORI

Direktorat Industri Semen, Keramik dan Pengolahan Bahan Galian Non Logam, Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil, Kementerian Perindustrian Republik Indonesia bersama Asosiasi Refraktori dan Isolasi Indonesia (ASRINDO) menyelenggarakan Rapat Konsesus (RAKON) pembahasan RSNI produk refraktori Raming Mix Jenis Samot dan Jenis Kadar Alumina Tinggi yang merupakan revisi SNI-15-06000-1989 pada:

Hari/Tanggal: Kamis/10 Desember 2020

Venue: EL Hotel Royal Bandung

Standar untuk refraktori ini penting mengingat produk-produk refraktori digunakan di area-area kritis di industri-industri proses vital nasional yang menyangkut keselamatan alat produksi, keselamatan manusia dan lingkungan sehingga kedepan layak menjadi SNI Wajib. Rapat Konsesus akan diikuti dan dihadiri oleh para pemangku kepentingan baik Pemerintah, para pakar dari Balai Besar Keramik dan perguruan tinggi, konsumen dan produsen refraktori. Kegiatan ini didukung sepenuhnya oleh PT Refratech Mandalaperkasa (RMP), PT Benteng Api Technic (BAT), PT Dinamika Rekayasa Panas (DRP), PT Refracorindo Graha Dinamika (RGD), PT Jaya Refractorindo Utama (JAREFU), PT Benteng Api Refractorindo (BARindo), PT Indonesia Chemical Alumina (ICA).

#mitrasinergibersama

#batatahanapi

#sementahanapi

#refraktori

#castable

#precast

#monolitic

 

#asrindo

Asrindo sebagai narasumber dalam FGD Pilot Project Calcined Dolomite

  Asrindo sebagai narasumber dalam FGD Pilot Project Calcined Dolomite dengan judul Pemanfaatan Kalsinasi Dolomit dalam Industri Refraktori di Indonesia, diselenggarakan oleh Kementerian Perindustrian, Direktorat Industri Semen, Keramik dan Pengolahan Bahan Galian Non Logam.

Kamis, 28 November 2019

Hotel Luminor, Surabaya.

Forum Group Discussion

Tema “Pilot Project Calcined Dolomite”

Dihadiri oleh:

Kementerian Perindustrian

Bappeda Provinsi Jawa Timur

Asosiasi Refraktori dan Isolasi Indonesia

PT Benteng Api Teknik

PT polowijo Gosari

Konsultan Pilot Project Calcined Dolomite

Tema dan pokok-pokok materi yang disampaikan oleh para pembicara adalah:

      1. Materi 1: Prospek Pengembangan Industri Calcined Dolomite di Indonesia oleh Direktur Industri Semen, Keramik dan Pengolahan Bahan Galian Nonlogam, diwakilkan Bpk. Junaidi/Kasubdit ISKPBGNL
      2. Materi 2: Potensi Penggunaan Calcined Dolomite untuk Produk Turunan di Indonesia oleh Kasubdit Industri Pengolahan Bahan Non Logam.
      3. Materi 3: Pemanfaatan Kalsinasi Dolomit untuk Industri Refraktori di Indonesia, Bpk. Basuki/Ketua Asosiasi.
      4. Materi 4: Dukungan Bahan Baku, Teknologi dan Prospek Produk Turunan Calcined Dolomite di Indonesia oleh PT Polowijo Gosari.

HASIL DISKUSI

      1. Hingga saat ini, BELUM ada satu pun industri di Indonesia yang mengolah mineral dolomit menjadi produk-produk turunannya, dolomit hanya dimanfaatkan untuk bahan baku pupuk dan bata untuk bangunan.
      2. Produk-produk turunan hasil kalsinasi dolomit sangat berguna untuk berbagai kebutuhan industri antara lain, industri farmasi, industri baja, industri makanan, industri otomotif, industri keramik dan kaca, industri refraktori, industri pesawat terbang dan sebagainya.
      3. Akibat kondisi diatas, hingga saat ini Indonesia mengimpor produk turunan dolomit dengan nilai cukup besar sehingga menjadi salah faktor yang berpengaruh terhadap defisit APBN.
      4. Promosi investasi untuk pembangunan industri kalsinasi dolomit sangat mendesak dan menjadi prioritas pihak-pihak terkait baik Pemda maupun pemerintah pusat.
      5. Produk MgO hasil kalsinasi dolomit dari penambangan di Indonesia umumnya memiliki kadar kurang dari 50%, untuk kebutuhan industri refraktori kadar MgO yang dibutuhkan harus diatas 70%.

Asrindo sebagai narasumber dalam FGD Pengembangan Industri Refraktori Indonesia

Asrindo sebagai narasumber dalam FGD Pengembangan Industri Refraktori Indonesia dengan judul Peluang dan Tantangan Industri Refraktori di Indonesia, 20 November 2019 di Hotel Tunjungan Surabaya, diselenggarakan oleh Kementerian Perindustrian, Direktorat Industri Semen, Keramik dan Pengolahan Bahan Galian Non Logam.

Rabu, 20 November 2019

Hotel Tunjungan, Surabaya.

Forum Group Discussion

Tema “Pengembangan Industri Refraktori di Indonesia”

Dihadiri oleh:

Kementerian Perindustrian

Dinas ESDM Provinsi Jawa Timur

Asosiasi Refraktori dan Isolasi Indonesia

Pelaku Usaha Refraktori

Konsultan Kajian Pengembangan Industri Refraktori

Tema dan pokok-pokok materi yang disampaikan oleh para pembicara adalah:

1.       Materi 1: Evaluasi Perkembangan Industri Bahan Galian Nonlogam oleh Direktur Industri Semen, Keramik dan Pengolahan Bahan Galian Nonlogam, diwakilkan Bpk. Junaidi/Kasubdit ISKPBGNL

2.       Materi 2: Dukungan Sumber Daya Alam untuk Bahan Baku Industri Fefraktori oleh Kepala Dinas ESDM Jawa Timur diwakilkan staf.

3.       Materi 3: Kekuatan dan Kelemahan Industri Refraktori di Indonesia oleh PT Benteng Api Technik, Bpk. Ridwan Sumadi.

4.       Materi 4: Peluang dan Tantangan Industri Refraktori di Indonesia oleh Asosiasi Refraktori dan Isolasi Indonesia, Bpk. Basuki/Ketua Asosiasi.

Hasil Diskusi:

1.       Nilai impor produk refraktori mencapai 1,3 Trilyun per tahun, belum termasuk pekerjaan jasa yang dilakukan tenaga kerja asing, diluar produk dan jasa isolasi. Keseluruhan omset produk dan jasa refraktori dan isolasi kurang lebih 5 trilyun rupiah per tahun.

2.       Bahan baku bata tahan api dari sumber daya alam Indonesia berupa tanah liat/clay tersebar di Jawa Timur, tetapi secara khusus belum ada perusahaan yang mengolah clay ini.

3.       Kelemahan industri refraktori,

1)      Kesempatan (lebih dominan impor)

2)      Sertifikasi Tenaga Ahli,

3)      Dukungan Pemerintah,

4)      Bahan Baku

4.       Kekuatan industri refraktori Indonesia,

1)      Tenaga Kerja,

2)      Sumber Daya Alam

3)      Fasilitas Produksi dan Lab Uji

4)      Kemampuan menyerap teknologi

5.       Peluang Industri Refraktori di Indonesia;

1)      Pasar yang masih sangat luas

2)      Bahan Baku tersedia di alam

3)      Tenaga kerja yang banyak

4)      Kemitraan yang baik dengan pemerintah

6.       Tantangan Industri refraktori dan isolasi di Indonesia;

1)      Profil lengkap industri refraktori dan isolasi

2)      Kualitas SDM harus memenuhi SKKNI

3)      Menekan impor produk jadi

4)      Harga produk dan jasa masih belum baku

5)      SNI bidang refraktori masih sangat terbatas dan belum muktahir

6)      Belum ada regulasi yang melindungi pelaku usaha refraktori dan isolasi

7)      Pendidikan khusus keterampilan refraktori dan isolasi belum ada

7.       Usulan solusi dari Asosiasi Refraktori dan Isolasi Indonesia

1)      Pengumpulan data industri refraktori dan isolasi.

2)      Sertifikasi SDM refraktori dan isolasi.

                                                                  i.      Perumusan SKKNI Refraktori dan Isolasi

                                                                ii.      Pendirian Lembaga sertifikasi profesi

3)      Pengolahan Bahan Baku sampai siap digunakan.

4)      Perbaikan dan penyesuaian harga produk dan jasa.

5)      Menerbitkan peraturan penggunakan produk dalam negeri/TKDN, untuk membuka peluang pasar seluas luas bagi pelaku usaha dalam negeri.

6)      Pemutakhiran dan perumusan SNI baru refraktori dan isolasi

7)      Adanya pendidikan kejuruan/keterampilan refraktori dan isolasi.

Oleh Asosiasi Refraktori dan Isolasi Indonesia (ASRINDO)

Kegiatan